BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Berdasarkan Undang-Undang
No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, pasal 63 menyatakan bahwa upaya
penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan, diantaranya adalah pencegahan dan
penyembuhan terhadap kecacingan. Sebagaimana negara-negara berkembang lainnya, Indonesia
masih menghadapi masalah tingginya prevalensi penyakit infeksi terutama yang berkaitan
dengan kondisi higiene sanitasi lingkungan yang belum baik. Salah satu penyakit
yang insidennya masih tinggi adalah infeksi kecacingan dimana penyakit ini
merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan (Depkes RI,
2006).
Kecacingan
merupakan penyakit endemik dan kronik dengan prevalensi tinggi. Penyakit ini
memang tidak mematikan, namun dapat menggerogoti kesehatan dan menurunkan mutu
sumber daya manusia. Cacing-cacing tersebut hidup di usus selain menghisap
makanan juga menghisap darah, sehingga penderita cacingan akan kurus dan kurang
gizi, pada akhirnya mudah lelah, daya tangkap menurun bahkan mengalami diare yang
berujung pada rendahnya mutu sumber daya manusia dan merosot produktivitasnya
(Feature, 2009).
Penyakit ini sangat erat hubungannya dengan keadaan
sosial-ekonomi, kebersihan diri dan lingkungan. Infeksi kecacingan adalah
ditemukannya satu atau lebih telur cacing pada pemeriksaan tinja. Infeksi
cacing terdapat luas di seluruh Indonesia
yang beriklim tropis, terutama di pedesaan, daerah kumuh, dan daerah yang padat
penduduknya. Semua umur dapat terinfeksi kecacingan dan prevalensi tertinggi
terdapat pada anak-anak (Rifdah, 2007).
Dalam tujuan pembangunan nasional, anak merupakan
harapan untuk memajukan bangsa, dan sekolah merupakan tempat yang ideal dalam
menciptakan kesadaran anak untuk menjaga kesehatannya karena sebagian waktu
anak dihabiskan di sekolah. Salah satu pendekatan dalam program Usaha Kesehatan
Sekolah (UKS) adalah mengenalkan dan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS) bagi anak-anak di sekolah (Sumijatun, 2005).
Melaksanakan PHBS bermanfaat untuk mencegah,
menanggulangi dan melindungi diri dari ancaman penyakit serta memanfaatkan
pelayanan kesehatan yang bermutu, efektif dan efisien (Depkes, 2007).
PHBS adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas
dasar kesadaran atas hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga
dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam
mewujudkan kesehatan masyarakat (Dinkes, 2008, dalam Destya, 2009).
PHBS di sekolah adalah sekumpulan perilaku yang
dipraktekkan oleh peserta didik, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah atas
dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu
meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, dan memelihara kesehatan serta
berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat. Mereka juga diharapkan mampu
membantu guru dan petugas kesehatan pada waktu pelaksanaan pelayanan kesehatan
di sekolah (Depkes, 2006).
Indikator PHBS di sekolah dapat dirinci menjadi dua
bagian antara lain: 1)indikator perilaku siswa 2)indikator lingkungan sekolah.
Indikator yang dipakai sebagai ukuran menilai PHBS di sekolah yaitu mencuci
tangan dengan air mengalir dan menggunakan sabun, mengkonsumsi jajanan sehat di
kantin sekolah, menggunakan jamban yang bersih dan sehat, olahraga yang teratur
dan terukur, memberantas jentik nyamuk, tidak merokok di sekolah, menimbang
berat badan dan mengukur tinggi badan setiap 6 bulan sekali, membuang sampah
pada tempatnya. Sekolah sebagai salah satu sasaran PHBS di tatanan institusi
pendidikan perlu mendapatkan perhatian mengingat usia sekolah bagi anak juga merupakan
masa rawan terserang berbagai penyakit serta munculnya berbagai penyakit yang
sering menyerang anak usia sekolah (usia 6-10), salah satunya adalah kecacingan(Pusat
Promosi Kesehatan, 2010).
Kejadian penyakit kecacingan
menurut WHO, pada tahun 2006 masih tinggi yaitu 1 miliar orang terinfeksi
cacing Ascaris lumbricoides, 795 juta orang terinfeksi cacing Trichuris
trichiura dan 740 juta orang terinfeksi cacing Hookworm (Ginting, 2009).
Berdasarkan
data WHO (2007) menyebutkan bahwa setiap tahun 100.000 anak Indonesia meninggal akibat diare,
angka kejadian kecacingan mencapai angka 40-60%. Menurut Menkes di Indonesia
sekitar 60%-80 % anak usia sekolah di Indonesia mengalami kecacingan,
karena itu salah satu solusinya adalah menggalakkan program Usaha Kesehatan
Sekolah (UKS) (Depkes, 2005).
Kasus kecacingan menempati urutan ke-3 dari penyakit
lain. Kasus kecacingan merupakan penyakit manular yang kotor (soiled transmitted disease). Penularan
melalui tanah, kecacingan yang ditularkan melalui tanah yaitu Ascaris Lumbricoides, Trichuris trichiura,
ancylostoma duodenale/Necator americanus. Prevalensi kecacingan anak
sekolah dari hasil survey di 10 provinsi tahun 2003, anak sekolah yang
kecacingan sebanyak 33,1% terdiri dari cacing gelang 22,26%, cacing cambuk
20,30%, cacing kremi 8,3% dan cacing tambang 0,75% (Ditjen PPM-PL, 2004). Dari
laporan hasil survei ini, Sumatera Utara menduduki peringkat ke-3 (60,4 %)
dalam hal penyakit cacingan. Sedangkan untuk angka nasional adalah 30,35 %
dengan rincian prevalensi cacing gelang 17,75 %, cacing cambuk 17,74 % dan
cacing tambang 6,46 % (Dirjen PPM-PL, 2006).
Anak sekolah merupakan golongan yang sering terkena
infeksi cacing karena sering berhubungan dengan tanah. Kecacingan biasanya
terjadi tidak mendapatkan perhatian yang cukup terutama dari pihak orangtua.
Hal ini karena secara langsung tidak dapat dilihat, juga karena sifatnya yang
tersembunyi serta jarang menimbulkan kematian. Biasanya penderita hanya
mengeluh karena diare, nafsu makan berkurang dan tidak bersemangat (Depkes RI, 2006).
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas
maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana hubungan perilaku
hidup bersih dan sehat (PHBS) anak dengan kejadian kecacingan anak di Sekolah
Dasar Negeri No. 106164 sambirejo timur kecamatan medan tembung tahun 2013.
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah:
mengetahui hubungan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) anak dengan kejadian kecacingan
anak di Sekolah Dasar Negeri No. 106164 sambirejo timur kecamatan medan tembung
tahun 2013.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui hubungan mencuci tangan terhadap kejadian
kecacingan pada murid Kelas I, II, dan III SD Negeri No. 106164 sambirejo timur
kecamatan medan tembung tahun 2013.
2. Untuk mengetahui
hubungan mengkonsumsi jajanan terhadap kejadian kecacingan pada murid Kelas I,
II, dan III SD Negeri No. 106164 sambirejo timur kecamatan medan tembung tahun
2013.
3. Untuk mengetahui
hubungan menggunakan jamban terhadap kejadian kecacingan pada murid Kelas I,
II, dan III SD Negeri No. 106164 sambirejo timur kecamatan medan tembung tahun
2013.
1.4. Manfaat Penelitian
1.
Bagi Instansi Kesehatan di
Kabupaten Deli Serdang
Sebagai bahan masukan dalam mendukung program pencegahan
dan pemberantasan penyakit kecacingan di wilayah kerjanya
2.
Bagi Orangtua Murid
Sebagai
bahan masukan dalam menerapkan PHBS pada anak-anak sedini mungkin guna
menghindari dan mencegah terjangkit penyakit kecacingan.
3.
Bagi SD Negeri No.106164
Sambirejo Timur
Sebagai
bahan masukan dalam hal pengembangan pemeliharaan kesehatan dan meningkatkan
kesadaran murid-murid untuk berperilaku hidup bersih dan sehat sehingga
terhindar dari penyakit kecacingan.
4.
Bagi STIKes Helvetia
Sebagai
bahan referensi di perpustakaan.
5.
Bagi Peneliti
Sebagai
sumber informasi dan sebagai lahan mengaplikasikan ilmu yang didapat.
1.5.
Hipotesa Penelitian
Hepotesis
dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat
(PHBS) Anak Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Di Sekoalah Dasar Negri No.
106164 Sambirejo Timur Kecamatan Tembung Tahun 2013.
SEANJUT NYA SMS KE 085277011414
Menerima olah DATA SPSS utk Sekripsi Kesehatan dengan waktu yang cepat.
paling lama 2 hari. paling cepat 6 jam
hub ; 085277011414
SEANJUT NYA SMS KE 085277011414
Menerima olah DATA SPSS utk Sekripsi Kesehatan dengan waktu yang cepat.
paling lama 2 hari. paling cepat 6 jam
hub ; 085277011414